Please leave a comment

Tuesday, April 17, 2012

Kurikulum Global Warming: Solusi Menuju Bumi Yang Sehat

KURIKULUM GLOBAL WARMING SEBAGAI JALAN MENUJU KELESTARIAN BUMI MELALUI AKSES PENDIDIKAN FORMAL

Pendahuluan
            Pembahasan mengenai kondisi bumi yang kian rentan akan “kehancuran” karena pemanasan global atau global warming telah menyita perhatian seluruh makhuk jagat raya. Hal tersebut menjadi fenomena tersendiri di abad milenium ini, sebab global warming menyangkut akan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Seperti dikatahui secara umum bahwa global warming  adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi dikarenakan banyak hal, namun hal yang paling mendominasi adalah efek rumah kaca, sampah, efek umpan balik, dan variasi matahari. Global warming menimbulkan gejala alam yang tidak pernah terjadi sebelumnya seperti peningkatan suhu rata-rata 0,130C per dekade yang menimbulkan perubahan cuaca dan iklim ekstrim serta mencairnya es kutub utara yang menaikkan ketinggian rata-rata laut sehingga sering menibulkan banjir dan badai dengan volume besar.
            Fenomena global warming membuat masyarakat dunia panik dan mencoba mencari solusi atas situasi tersebut. Berbagai langkah-langkah strategis lokal maupun internasional untuk menangani permasalahan ini bermunculan. Yang paling banyak dikenal adalah Protokol Tokyo 1997 dan konferensi pemanasan global Bali 2007. Konferensi-konferensi tersebut menghasilkan konsensus-konsensus seluruh negara di dunia terkait komitmennya untuk melestarikan bumi dan menanggulangi atau meminimalisir efek global warming. Namun, penyadaran akan pentingnya kelestarian bumi juga perlu dipupuk pada diri dan jiwa masing-masing individu, konsensus-konsensus tersebut tak akan berjalan jika hanya menghasilkan tetapi tidak mewujudkan. Untuk itu diperlukan penyadaran individu akan pentingnya kelestarian bumi salah satunya melalui akses pendidikan formal dengan dibuat dan diberlakukannya Kurikulum Global Warming yang dipelajari dari mulai tingkat pendidikan terendah sampai tertinggi.
           
Kurikulum Global Warming
Sebagai salah satu perwujudan sumbangsih pendidikan, Kurikulum Global Warming adalah hal yang patut diupayakan untuk pelestarian bumi. Sebab, mempelajari, memahami dan mengaplikasikan cara-cara untuk menyelamatkan bumi dari efek pemanasan global tidak cukup melalui pendidikan secara non formal seperti mengadakan seminar, pelatihan, club ataupun kegiatan-kegiatan yang bergerak dalam bidang ini. Harus ada rumusan khusus untuk memahami fenomena global warming secara utuh dan menyeluruh, untuk itu pembuatan dan pemberlakukan kurikulum ini dalam pendidikan formal bukanlah sebuah ide isapan jempol belaka, melainkan hal yang patut diseriusi.
Kurikulum Global Warming juga dijadikan sebagai proses kesinambungan penanggulangan global warming. Karena banyak orang yang faham tentang global warming, namun mereka tidak tahu harus berbuat apa. Cara-cara yang difahami cenderung bersifat teoritis dan umum, padahal itu tidak cukup, diperlukan pemahaman secara aplikatif dan detail untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, konsensus yang sudah disepakati bersama dalam forum internasional akan berkesinambungan dengan sumber daya manusia yang mengerti betul akan global warming. Secara keilmuan, pembahasan global warming masuk dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, fisika, biologi, kimia dan peajaran eksakta lainnya. Tetapi dengan perkembangan fenomena dan cabang keilmuan yang dituntut untuk lebih fokus,  maka kajian global warming harus dipisahkan secara pembahasan dengan keilmuan teoritis tersebut diatas.
Kurikulum Global Warming diberlakukan dan diterapkan melalui pendidikan formal terendah (Taman Kanak-kanak bahkan Play Group) hingga pada tingkat pendidikan tertinggi (Perguruan Tinggi). Pembahasannya pun otomatis akan disesuaikan dengan strata pendidikannya. Secara umum, kurikulum ini akan terbagi menjadi dua pembahasan. Pertama adalah pembahasan global warming secara umum, artinya yang akan dikaji adalah segala hal yang bersifat universal dalam global warming, seperti mengapa terjadi global warming, sejarah, hal-hal yang mempengaruhi, efek, dampak, apa yang harus dihindari, apa yang harus dilakukan, penyadaran akan pentingnya lingkungan dan lain sebagainya yang mana hal tersebut berkaitan secara umum dengan global warming.
Kedua adalah Kurikulum Global Warming muatan lokal, sesuai dengan geografis dan keilmuan. Maksud dari sesuai geografis adalah pembahasan global warming diseusaikan dengan lokasi lembaga pendidikan itu berada. Semisal di daerah yang memiliki potensi banjir akibat global warming, maka salah satu titik berat kajian kurikulumnya adalah terkait tentang banjir. Atau jika daerah tersebut bermasalah dengan sampah, maka akan ada kajian pembahasan sampah. Contoh lain jika daerah tersebut didaerah perkotaan, industri, laut, gunung dan sebagainya maka semua kajian akan disesuaikan dengan tipologi daerahnya. Lalu yang dimaksud dengan sesuai keilmuan, maka kajian global warming akan disesuaikan dengan keilmuan yang sedang dipelajari. Contoh di fakultas hukum, maka kurikulum ini akan menuntun dan mengajari mahasiswa untuk membuat undang-undang atau peraturan terkait yang mana hal tersebut sensitif lingkungan. Di fakultas agama, sosial, kedokteran, tekhnik dan sebagainya juga akan dibahas global warming sesuai dengan keilmuan mereka.
Praktikum-praktikum berwawasan lingkungan juga menjadi hal penting dalam kurikulum ini. Sebab, saat ini perwujudan cinta lingkungan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu dan bersifat insidental seperti ketika hari bumi mereka menanam seribu pohon, membersihkan lingkungan dan sebagainya namun pada hari esok kegiatan tersebut tidak dilakukan lagi.
Penutup
            Pelestarian bumi merupakan tanggung jawab bersama kita semua. Gerakan-gerakan dan cara-cara yang mengupayakan pelestarian bumi sudah menyebar banyak dan sudah melakukan bukti kongkrit. Hanya saja jangan sampai hal tersebut mengandung unsur-unsur kepentingan kelompok tertentu. Keberhasilan dalam menerapkan kurikulum ini tidak bisa dinilai secara jangka pendek, karena apa yang dilakukan sekarang adalah wujud peduli kita kepada generasi penerus bumi yang akan datang.

*Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UB angkatan 2008. NIM 0811250040

 

0 comments

Post a Comment