Please leave a comment

Friday, February 9, 2018

KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK SEKTOR INFORMAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA

PENDAHULUAN
Ekowisata Merupakan suatu kegiatan di bidang usaha dalam sektor Pariwisata yang berasal dari Sumber Daya Alam dari kawasaan konservasi, yang keberadaannya dikembangkan untuk upaya konservasi, sehingga pemanfaatannya beroentasi pada pelestarian lingkungan sekitar yang dikelola oleh masyarakat sekitar wilayah tersebut. Tanpa di pungkiri, pariwisata sebagai sumber tambahan pendpaataan negara yang berperan aktif dalam aspek mengembangkan perekonomian di Indonesia secara lebih bagus lagi. Menurut Sharpley (1997, dalam chuang 2010 ) yakni ekowisata dalam pariwisata di daerah pedesaan dan daerah terpinggir harus mempunyai beberapa karakteristik khusus yang dapat berupa budaya tradisional, budaya dalam pertanian , pemandangan alam, dan gaya hidup yang dinamis. Menurut Fennell (2003) Ekowisata berperan penting sebagai sebuah bentuk berkelanjutan dari segala sumber daya alam, yang dikelola pada fokus pertama pada pengalaman dan pembelajaran mengenai alam, yang dikelola dengan meminimalisir suatu keadaan dari dampak yang terjadi, beorentasi lokal (kontrol keuangan, modal).
Berkaitan dengan kebijakan pemerintah di sektor ini sangat berpengaruh terhadap laju perkembanagan dan pertumbuhan perekonomian di sektor ekowisata ini. Sektor informal sendiri merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian suatu masyarakat yang berfungsi untuk penyangga dalam pertumbuhan dan perkembangan dalam sistem ekonomi. Keberadaan sektor informal ini sangat meyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sanagt signifikan dan menambah akan pendapatan PDB pemerintah pusat. Menurut Kuncoro (2003:386) Pembinaan usaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningktakan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun, Dalam perkembangan usaha tersebut sering kali menghadapi permaslaahan-permasalahan seperti halnya tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Jika kita lihat lebih spesifiknya lagi, kendala utamanya ini adalah kelemahan dalam memperoleh peluang di masyarakat. Juga iklim yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
Menurut Asis (2016)  Kebijakan pemerintah untuk penanganan sektor informal sendiri antara lain dari sektor  masalah legalitas, jaminan keamanan yang harus dikondisiskan berhubungan sektor informal sendiri rentan akan adanya tindak kekerasan dan kejahatan .Selain itu pemerintah di upayakan untuk melakukan pengayoman secara berkala kepada semua lingkup,serta keadaan birokrasi yang sederhana dengan biaya yang murah.

PEMBAHASAN-TEORI
Besarnya tingkat di sektor informal ini merupakan sektor yang paling penting dalam kegiatan perekonomian dan perkembangannya mampu sebagai pengaman bagi perekonomian jika sewaktu waktu terjadi kondisi yang memperburuk keadaan. Menurut Harta (2012 dalam Manning 1995) Merebaknya sektor informal ini dapat kita lihat dari ketidak lepasan dari fenomena urbanisasi yang dan sektor industrialisasi di perkotaan. Yang ditandai oleh pembangunan yang mengutamakan perkotaan(urban bias) telah mengakibatkan jurang pemisah yang bertambah lebar antara kondisi perekonomian di perkotaan dan pedesaan. Dalam konteks keberadaannya, sektor informal ini meski menyumbang banyak alternatif untuk mengangkatperekonomian tpi nyatanya masih adanya kesenjangan terhadap sektor ini, apabila kebijakan pemerintah tidak ikut andil dalam penentasan masalah klasik di sektor  informal ini.
Harta (2012 dalam Rachbini 1994) kendala kebijakan pemerintah dalam mengkondisikan dan membangun sektor informal secara menyeluruh anatara lain.
a) Kurangnya masyarakat tentang pengetahuan deskriftis dan  analisis mengenai berita dimana jenis lapangan pekerjaan , unit dari lini pekerjaan, area cakupan kawasan kegiatan ekonomi informal ini
b) Kurangnya mobilitas kekuasaan dari sistem birokrasi yang menangani langsung di daerah pedesaan, pinggiran kota, dan pemukiman kumuh yang sering digeluti oleh para pelaku-pelaku pekerja informal yang sangat banyak.
c) Kurangnya bekal pekerja tentang teknologi baru yang seharusnya mampu mengetahui tentang segala sesuatu kegiatan terkini di sektor informal ini.
d) Pembuatan peraturan yang kaku serta tidak luwes dalam sektor iformal ini, menyebabkan peaku di sektor informal ini memiliki kerentanana yang tinggi dari sisi ekonomi
e) Lemahnya akses ke lembaga keuangan bagi mereka yang kekurangan modal dalam mengembangkan usaha mereka
Menurut Ilyas(2013) Sektor Informal suatu bidang usahayang mana segala persamaan dan perbedaannya sering dipertukarkan dengan sebutan kesempatan kerja yangcdicciptakancsendiri,ekonomi bawah tanah, ekonomi dari kegiatan pasar ilegal.  Akan tetapi perolehan pendapatan dalam sektor informal ini bervariasidan tidak terbukti secara empiris jika pendapatan sektor infomal lebih rendah dari pada sektor formal. Sektor Informal Produktifitas sektor informal ini dipengaruhi oleh persebaran penduduk di suatu wilayah yang berpengaruh terhadap produktifitas sektor informal. Seperti contoh daerah disekitar kawasan ekowisata yang mengarah pada destinasi pariwisata, akhrinya permintaan para wisatawan lokal dan asing berbondong bondong berkunjung ke daerah ekowisata tersebut. Pada akhirnya permintaan terhadap suatu barang dan jasa akan meningkatkan produktivitas mereka untuk memenuhi kebutuhan dari barang dan jasa yang ada disekitar wilayah itu. Kelebihan-kelihan di sektor informal ini selain sebagai penopang pendapatan negara tetapi ada beberapa hal yang dimiliki di sektor informal ini , antara lain .
a)     Daya tahan
Dalam sektor informal ini faktor permintaan di pasar output dan faktor penawarannya merupakan kunci utama dalam mempertahankan sektor informal ini. Bisa dikatakan jika dilihat dari sisi permintaan, jika terjadi krisis ekonomi dalam masyarakat, dari awalnya membeli barang-barang impor ke barang-barang buatan informal. Dari segi penawaran akibat banyaknya orang yang diphk, suplai tenaga kerja ke sektor informal akan meningkat. Oleh sebab itu para pekerja di sektor informal ini cukup tahan karena dengan motivasi tingginya berwirausaha demi berlangsungan hidupnya
b)    Padat Karya
Sektor Informal khususnya di daeah ekowisata ini menghasilkan produk-produk barang yang sangat inovatif dan beraneka ragam bentuk dan pilihan warnanya. Usaha kecil ini bersifat padat karya. Selain itu persediaan tenaga kerja di Indonesia yang sangat banyak  menyebabkan pemberian insentif upah itu sangat murah
c)     Keahlian Khusus yang bersifat Tradisional dan turun menurun
Keunggulan dari sektor informal ini bisa terlihat dari jenis keahlian mereka yang sangat sederhana, bisa dikatakan turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.Akan tetapi, hal ini yang terbukti bisa membuat mereka bertahan hingga sekarang dengan adanya sedikit bekal yang dimiliki di sektor informal tersebut. Tapi meskipun begitu itu semua harus diperbaiki sehinggamenciptakan daya saing lebih bagus dari sebelumnya.
Berikut beberapa perbedaan dan persamaan yang dilihat daritinjauan karakteristik antarasektor informal dan formal , Menurut Ilyas (2013:95) . sebagai berikut
Aspek Kegiatan
Sektor Informal
Sektor Formal
Permodalan
kecil
Menengah hingga besar
Perencanaan usaha
Beberapa sambil jalan
Ada dan terus menerus
Pengakuan negara
Tidak ada/kecil
diakui
Pemberi izin
RT/RW/tetangga usaha
Negara
Pendidikan Formal
Tidak Begitu diperlukan
Sangat diperlukan
Ketrampilan
Tidak berasal dari lembaga formal/alamiah
Berasal dari lembaga formal
Omset/keuntungan produksi
Tidak tentu dan sulit diprediksi
Tidak tentu tpi dapat diprediksi
Jumlah Karyawan
Tidak tentu
Lebih dari 5 orang
Bidikan pasar
Kelas bawah,menengah,atas
Kelas bawah, menengah ,hinga atas
Hubungan kerja
Kekeluargaan dan saling percaya
 Berdasarkan kontrak yang telah disepakati antara 2 2belah pihak
Jenis Usaha
Mudah dimasuki oleh pendatang baru
Sulit dimasuki,karena kualifikasi yang sangat ketat
Kontribusi
Relati sedikit
Lua dan permanen

Sektor Informal dalam upaya pemberdayaan ekowisata ternyata masih adanya konflik-konflik anatar pedagang di ekowisata sendiri. Dalam kegiatannnya diwilay ah ekowisata ini pemberdayaan masyarakat mandiri merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat dalam sektor informal tersebut. Umumnya faktor yang paling berpengaruh yakni pada sisi lokasi tempat usaha yang merupakan tingkat perkembangan usaha. Dimana jika suatu tempat yang digunakan untuk usaha itu, semakin strategis tempat dengan pihak-pihak konsumen dan area yang sering dikunjungi oleh pengunjung, maka semakin besar perkembangan usaha tersebut dari segi penjualannya. Disisi lain hal ini akan menjadi permasalahan serius bagi pemerintah dalam pengadaan pengambilan kebijakan pengaturan tempat . Perlu kita lihat kondisi sekarang ini keberadaan sektor informal justru membuat kemacetan yang merajalela , penataan wilayah yang semawrut.
Muzakir (2014:15) Hasil data yang diperoleh dari hasil tabulasi hasil skoring persepsi responden bahwa dari responden yang menyatakan tanggapannya tentang kondisi sektor informal dalam mempengaruhi peran perekonomian di Indonesia ini menyatakan 76% (38 orang) dari jumlah responden keseluruhan yakni sekitar 50 orang, mengatakan pendapatmaya behwa mereka tidak disediakan tempat khusus , sedangkan dari 24%(12 orang) mereka disediakan tempat khusus untuk sekedar melakukan kegiatan usaha disektor informal. Menurut Muzakir (2010:14) Analisis permasalahan usaha di sektor informal ini bersumber dari dua hal pokok yang menjadi sangat krusial sekali. Faktor-faktor tersebut yakni
1)    Faktor Internal dari pelaku usaha sektor informal itu sendiri
2)    Faktor eksternal yang terkait kebijakan pemerintah dalam melakukan usaha kecil dalam sektor informal tersebut. Yakni tentang ketrampilan dalam berusaha, perilaku konsumtif para masyarakat. Kebijakan pemerintah dalam pembinaan usaha kecil hinga kini sebagian besar belom tersentuh dalam memperoleh pembinaan dari pihak-pihak terkait akan kegiatan tersebut
Upaya kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan sektorinformal dalam mengembangkan lingkup ekowisata agar berkembang dengan pesatyakni sebagiberikut
1)    Penyediaan Tempat Usaha
Peran pemerintah didalam pendistribusaian lapak /tempat kerja di sektor infoprmal ini paling banyak diharapkan para pelaku informal, Analisis data dari Muzaki (2014) menunjukkan 32% pekerja sangat memeprlukan lapak tersebut, 24% pekerja tidak memerlukannya lapak yang digunakan untuk kegiatan berjualan sesuai dengan keinginanya,22 % pekerja sangat tidak menghjarapkan adanya alokasi tempat untuk membuka usaha,16% pekerja masih memerlukan , dan 6% pekerja lain memilih untuk netral saja.
2)    Pengelolaan Kegiatan dalam suatu  Manajemen Usaha
Para pekeja disektor informal yang rata-rata usaha dari turun temurun dari keluarga ataupu dari inisiatif untuk berwirausaha sendiri nyatanya sekarang ini mereka perlu adanya kebijakan intensif dari pemerintah. Peran Pemerintah dalam kebijaka ini Menurut Muzakir (2014) dari analisis data yang telah dikumpulkannya sekitar 55% para pekerja disektor informal tidak  butuh peran pemerintah untuk mengembangkan usahanya Sedangkan  25% dari analisis data yang didapatkan, pekerja sektor informal ini masih perlu dukungan dari kebijakan pemerintah tentang kemajuan perkembangan usahanya. 12% selanjutnya pekerja tidak membutuhkan karena mereka memiliki modal sendiri yang mampu mengembangkan usahanya. 8% Pekerja ini sangat perlu adaya pemberdayaaan intensif dari pemerintah terhadap kebijakan sektor informal tersebut.
3)    Perlindungan dalam usaha dan Bantuan Peralatan
Hal satu ini yang sering kali menjadi kendala dalam berkembangnya kegiatan di sektor informal. Sehingga dari sisi pemerintah sudah melakukan suatu upaya dimana diantaranya melakukan perlindungan usaha terhadap status usahanya. Muzakir (2014) Banyak masyarakt yang memiliki semangat berwirausaha tpi mereka terkendala oleh sektor permodalan dan payung hukum tentang status dan tempat usaha mereka yang selalu mereka geluti. Para pekerja sektor pinggiran kebanyakan mereka kesusahan dalam memperoleh pinjamaan kredit. Kebijakan pemerintah harus ditekankan dalam memfasilitasi masyarakat dari segi informal guna memperoleh dengan lancar sistem pengkreditan usaha secara intensif. Program pemberdayaan masyarakat merupakan cara efektif untuk memberikan daya guna motivasi dalam mengembangkan pilihan usahanya terrsebut. Terlebih lagi semakin majunya zaman, semakin banyak pula permintaan konsumsi masyarakatnnya.
Kegiatan ekowisata yang dari tahun ketahun mengalami peningkatan secara signifikan. Menurut Dhayita (2014) Potensi Ekowisata memiliki konsep berbasis masyarakat dimana segala aspek dalam kegiatan penyelenggaraannya ekowisata tersebut dengan adanya campur tangan masyarakat diharapkan dapat menjadikan pengelolaan pemberdayaan kondisi masyarakat sekitar. Seperti yang kita ketahui sebagian dari masyarakat tersebut kurang memiliki cukup kawasan di sektor ekowisata tersebut.  Seperti halnya masyarakat yang sangat tidak peduli dengan perkembangan potensi yang ada guna dikembangkan lebih baik lagi. Kegiatan masyarakat dalam konstribusi di ekowisata sendiri seperti halnya petugas parkir, pengusaha warung, dan masih banyak lagi kegiatan yang sifatnya hanya sebagai pelengkap saja. Menurut fitri (dalam Hutabarat 1992) Pernanan pariwisata  sangat berguna bagi perkembangan ekonnomu terutama sebagai sumber devisa negara, peranan sosial sebagai suatu kegiatan yang dapat menyerap tenaga kerja dengan penciptaan lapangan pekerjaan baru. Menurut fitri (2006) analisis peranan pariwisata terhadap PDB sendiri itu dalam sektoral tahun 2000 ini sekitaran Rp 106.92 triliun dari jumlah total PDB nasional sebesar7,85 persen.  Permintaan akhir di sektor pariwisata jika setiap tahunnya mengalami peningkatan, maka output di dalam sektor perekonomian akan meningkat seiring efek pengganda yang bisa di analisis. Sedangkan jika penurunan kerentanan  sektor ini diakibatkan oleh ketergantungan impor, maka output sektor wisata ini semakin menurun karena output tersebut sangat bergantung pada impor .
Menurut fitri(2006)Dalam teori analisis pengganda atau analisis efek multiplier ada dua jenis tipe yang digunakan untuk melihat keberadaan variabel endogen dalam perubahan varibel eksogen. Teori Ini dibagi menjadi efek multiplier 1 dan Multiplier 2. Multiplier 1 sendiri merupakan perubahan yang terjadi jika dalam kenaiakan varibel eksogen tersebut mengalami peningktan satu satuan dengan variabel endogen ,maka perubahan itu akan terjadi di seluruh sektor dan perekonomian akan meningkata sebesar total nilai tersebut.  Sedangakan dalam teori multipler ke 2 ini diperoleh dari kebalikan dari karakteristik Leontif yang memiliki efek tertutup. Nilai dari Multiplier ke 2  ini akan terjadi jika kegiatan dalam sektor pariwisata itu mengalami kenaikan variabel eksogen, maka variabel endogen akan menjadi efek yang cukup signifikan meningkat. Dan setelah itu, hal ini terjadi karena adanya karakteristik induksi dari rumah tangga tersebut.
SINTESIS & KRITIK
Pengembangan tentang ekowisata dengan adanya tindakan dari kebijakan pemerintah di sektor informal akan mendukung perkembangan di sektor ekowisata sendiri . Dari hal tersebut, sebenarnya bisa kita lihat bahwa karakteristik dari ekowisata sendiri yang merupakan upaya untuk pemanfataannya daya guna dari sektor alam yang di gabungkan dengan peran masyarakat dalam unsur pelaksanaan kegiatan tersebut. Ekowisata sendiri  jika kita lihat sangat berpengaruh besar dalam pengyumbangan pendapatan daerah. Mayoritas ekowisata sekarang ini masyarakat yang ada didaerah daerah pinggiran belom mampu tanggap dengan cepat dengan perkembangann teknologi yang sekarang. Seperti contoh , disuatu wilayah memiliki potensi wisata yang mungkin jika dipemberdayakan akan menjadi objek wisata yang dapat menarik minat wisatawan lebih banyak. Terlepas dari itu semua, dalam teori efek pengganda pendapatan di sektor ekowisata akan berpenagruh pada pengambilan kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemrintah. Dimana pengembangan ekowisata sendiri dapat dilakukan dengan cara meningkatkan usaha dalam pemasarkan secara publik,online, dan antar sesama kerabat sekitar. Promosi yang dilakukan ini untuk meningkatkan kedatangan wisatawan .
 Dengan adanya peningkatan perkembangan di sektor ekowita tersebut, diharapkan di kawasan tersebut, adanya unsur perbaikan dalam berbagai pelayanan dan fasilitas yang terdapat di kawasan tersebut. Wilayah ekowisata menjadikan sentral pokok bagi pekerja informal disana. Sektor Informal yang ada di kawasan tersebut selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari peran pemerintah di sana. Kebijakan pemerintah tentang adanya relokasi tempat usaha kurang mendapatkan respon baik dari pihak yang terlibat. Permasalahan ini terjadi karena adanya informasi yang kurang dan para pekerja informal kurang dilibatkan dalam proses perencaannya. Karakteristik dari kebijakan pemerintah di sektor informal sendiri harus perlu ditingkatkan kembali guna memperbaiki hubungan positif dari kegiuatan di sektor informal. Kegiatan informal di alam sektor ekowisata sendiri merupakan bentuk dari ekonomi kerakyatan, dimana hal tersebut harus dikembangkan secara bertahap dan dilakukan adanya penataan, pembinaan yang terpadu untuk menciptakan iklim kesejahteraan dalam masyarakat sebagaimana hasilnya untuk pembangunan daerah ekowisata tersebut.Kegiiatan seperti pelatihan, pendampingan didalam sektor informal sangat diperlukan guna mendukung strategi dari ekowisata itu sendiri dalam pemanfataan kawasan yang mjemiliki potensi wisata.Mayarakat harus dibekali dengan pengetahuan yang menyeluruh terhadap kondisi sekarang yang dapat membantu untuk mengembangkan usaha mereka. Pemerintah seharusnya juga turut aktif dalam menyediakan informasi dari sektor ekowisata tersebut, kepada sektor informal terkait perkembangan pasar yang berasal dari area nasional maupun internasional.
KESIMPULAN & SARAN
Dengan adanya kebijakan pemerintah di sektor informal memiliki dampak-dampak postif dan negatid terhadap perkembangan ekowisata Ekowisata sendiri merupakan pemanfaatan daerah yang dialkukan oleh masyarakat sekitar yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Asis (2016)  Kebijakan pemerintah untuk penanganan sektor informal sendiri antara lain dari sektor  masalah legalitas, jaminan keamanan yang harus dikondisiskan berhubungan sektor informal sendiri rentan akan adanya tindak kekerasan dan kejahatan .Selain itu pemerintah di upayakan untuk melakukan pengayoman secara berkala kepada semua lingkup,serta keadaan birokrasi yang sederhana dengan biaya yang murah. Harta (2012 dalam Rachbini 1994) kendala kebijakan pemerintah dalam mengkondisikan dan membangun sektor informal secara menyeluruh anatara lain.
a) Kurangnya masyarakat tentang pengetahuan deskriftis dan  analisis mengenai berita dimana jenis lapangan pekerjaan , unit dari lini pekerjaan, area cakupan kawasan kegiatan ekonomi informal ini
b) Kurangnya mobilitas kekuasaan dari sistem birokrasi yang menangani langsung di daerah pedesaan, pinggiran kota, dan pemukiman kumuh yang sering digeluti oleh para pelaku-pelaku pekerja informal yang sangat banyak.
Dengan adanya peningkatan perkembangan di sektor ekowita tersebut, diharapkan di kawasan tersebut, adanya unsur perbaikan dalam berbagai pelayanan dan fasilitas yang terdapat di kawasan tersebut. Wilayah ekowisata menjadikan sentral pokok bagi pekerja informal disana. Sektor Informal yang ada di kawasan tersebut selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari peran pemerintah di sana. Kebijakan pemerintah tentang adanya relokasi tempat usaha kurang mendapatkan respon baik dari pihak yang terlibat.

DAFTAR RUJUKAN
Kuncoro.Mudrajat.2003. Ekonomi Pembangunan., Teori,Masalah,dan Kebijakan. Yogyakarta: AMP YKPN
Abidin.Said.2016. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Empat
PKAI. 2007. Kajisn Kebijakan Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan di Beberapa Negara ASIA.(Online).Dari http://ppid.lan.go.id/wp-content/uploads/2014/10/ES-Kajian-Kebijakan-pengelolaan-sektor-informal-perkotaan-dibeberapa-negara-asia-2007.pdf). Diakses 27 November 2017
Ilyas.Rolis.2013. Sektor Informal Perkotaan dan Ihtiar Pemberdayaannya. Jurnal Ssosiologi Isla, Vol. 3, No.2 Oktober 2013 ISSN:2089-0192. Diakses 27 November 2017
Sulistyo Hartati. 2012. Dileme Keberadaan Sektor Informal. Komunitas 4 (2) (2012) :200_209.(Online): Dari http://journal.unnes.ac.id/nju./index.php/komunitas. Diakses 27 November 2017
Rukti Dhayita. 2014. Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Journal Teknik PWK Volume 3 Nomor I2014.(Online): http://ejournal-sI.undip.ac.id/Indekx.php/pwk. Diakses 27 November 2017
Surwiyanta Ardi. 2003. Dampak Pengembangan PARIWISATA Terhadap Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi. Media Wisata Vol 2 No.1 . (Online): http:// amptajurnal.ac.id/index.php/MWS/article/ViewFile/72/71. Diakses 27 November 2017

0 comments

Post a Comment