Pendahuluan
Pembangunan
ekonomi merupakan salah satu tujuan setiap negara. Seringkali keberhasilan
pembangunan ekonomi hanya diukur melalui pertumbuhan ekonomi. Padahal dalam
realitanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mencerminkan kesejahteraan
masyarakat yang tinggi pula. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi
memiliki kondisi yang cukup kontradiktif dengan pemerataan kesejahteraan
masyarakat, yang merupakan salah satu indikator dalam pembangunan manusia.
Pembangunan manusia mempunyai 4
indikator utama yaitu produktifitas (productivity), pemerataan (equity),
kesinambungan (suntainability), dan pemberdayaan (empowerment) (Feriyanto,
2014). Sejatinya pembangunan ekonomi tidak
semata-mata dinilai dari aspek moneter tetapi juga dari aspek kesejahteraan (wellbeing)
secara luas, sehingga tujuan pembangunan tidak hanya mengejar pertumbuhan
ekonomi yang tinggi semata. Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses
peningkatan output dari waktu ke waktu
yang menjadi komponen penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan
suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). Pembangunan manusia merupakan salah satu
indikator terciptanya pembangunan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Solow
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari
tiga faktor peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja yaitu melalui pertubuhan
jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan, penambahan modal dan teknologi.
Sedangkan salah satu alat untuk mengukur indeks pembangunan kualitas dan
kuantitas tenaga kerja adalah IPM (Todaro, 2006). IPM berperan penting dalam
pembangunan perekonomian sebab pembangunan manusia yang baik dan berkualiatas
akan menjadikan faktor-faktor produksi mampu di maksimalkan. Selain itu
pembangunan manusia yang tinggi mengakibatkan jumlah penduduk akan meningkat dan akan menaikkan tingkat konsumsi.
Hal ini akan mempermudah untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2006).
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi ternyata tidak selalu mampu mengatasi masalah kemiskinan,
pengangguran, dan ketimpangan pendapatan. Di beberapa negara berkembang
pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata diikuti oleh peningkatan ketimpangan. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang, dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang
cukup stabil namun HDI Indonesia sangat rendah. Data yang ada menunjukkan,
ketika pertumbuhan ekonomi meningkat di Indonesia, ternyata ketidakmerataan
pendapatan yang diukur dengan indeks Gini juga meningkat, tetapi kemiskinan
cenderung menurun. Dengan kata lain, semakin tinggi pertumbuhan, memang jumlah
dan tingkat kemiskinan cenderung menurun, tetapi kesenjangan antara si kaya dan
si miskin cenderung kian lebar saat pertumbuhan semakin meningkat di Indonesia
selama periode 2000-2012.
Sebuah
program pembangunan di bawah PBB (UNDP) dalam laporan pembangunan manusia
tahun 2016 tercatat data Indeks Pembangunan Manusia Indonesia pada 2015 berada
di peringkat 113, turun dari posisi 110 di 2014. Dilansir dari detikfinance,
pertumbuhan
ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun belakangan berada di level 5%. Di tahun
2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,02% dan di tahun 2015
berada di level 4,79%.Dari gambaran tersebut, adanya
ketidaksesuaian kondisi pertumbuhan ekonomi dengan kondisi pembangunan manusia
di Indonesia.Oleh karena itu, dalam artikel ini dipilih judul “Kontradiksi :Kondisi Pembangunan manusia dan
pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Teori
Perdebatan tentang indikator
pembangunan ekonomi sudah lama terjadi. Indikator pembangunan yang telah
digugat oleh kalangan ekonomi maupun non ekonomi yaitu pendapatan per kapita yang
sebagai ketidak nyataan indikator tersebut, dan kemudian muncul beberapa indikator
baru. Dimana indikator tersebut secara umum berfokus pada pembangunan manusia. Modal
manusia atau yang sering disebut dengan human capital, merupakan istilah
dalam ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan tingkat pengetahuandan
keterampilan yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan dan
pengalaman. Meskipun pendidikan, pelatihan dan pengalaman bersifat abstrak,
modal manusiamampu meningkatkan kemampuan produksi barang dan jasa pada suatu
wilayah yangpada akhirnya akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan adanya kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan peningkatan produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat dan diikuti oleh peningkatan kemakmuran masyarakat yang biasanya
dilihat dari pendapatan domestik regional bruto. Menurut BPS (2010), Indikator
yang biasa digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah
Produk Domestic Regional Bruto (PDRB). Definisi PDRB adalah total nilai tambah
barang Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus
menunjukkan peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah
tersebut berkembang dengan baik. Pertumbuhan ekonomi sering dijadikan acuan
sebagai indikator keberhasilan ekonomi di suatu wilayah (Heru, 2015).
Upaya yang telah dilakukan oleh United
Nations Development Program (UNDP) dalam Human Development Reports yang terbit berkala setiap tahun. Dimulai tahun 1990, tema dari report
ini adalah pembentukan dan penajaman ulang mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
atau Human Development Index (HDI). HDI mencoba melakukan pemeringkatan
semua negara dari skala 0 (tingkat pembangunan manusia yang paling rendah)
hingga 1 (tingkat pembangunan manusia yang tertinggi).
Tujuan
dari pembangunan manusia itu sendiri terdapat 3 komponen utama yaitu: masa hidup
(longevity) yang diukur melalui usia harapan hidup, pengetahuan (knowledge)
yang diukur melalui kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang, dan
rata-rata tahun bersekolah, serta standar kehidupan (standar of living)
yang diukur melalui pendapatan perkapita, disesuaikan dengan paritas daya
beli). Berdasarkan informasi dari BPS, bahwa Indeks Pembangunan manusia
ialah ukuran pencapaian pembangunan berbasis sejumlah indikator dasar kualitas
hidup .Manfaat bagi IPM ialah data akurat karena disamping sebagai ukuran
kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan
Dana Alokasi Umum (DAU).
Tujuan pengukuran IPM sendiri secara
singkat diantaranya:
1. Membangun
indikator yang mampu mengukur dimensi pondasi pembangunan manusia serta
perluasan kebebasan memilih.
2.
Memanfaatkan sejumlah
indikator untuk menjaga ukuran tersebut secara sederhana dan mudah.
3.
Membentuk satu indeks
komposit dari pada melalui sejumlah
indeks dasar.
4. Menciptakan
suatu ukuran dari segi sosial dan ekonomi.
IPM adalah indeks komposit yang
dihitung menjadi rata-rata sederhana dari tiga indeks dari dimensi yang
menjelaskan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan. Rumus
umum yang dipakai adalah sebagai berikut (UNDP, 2013). Tingkat
pembangunan manusia yang tinggi menentukan
kemampuan penduduk untuk menyerap dam mengelola sumber pertumbuhan ekonomi,
yang berhubungan dengan teknologi
ataupun instansi sebagai sarana vital untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Di
negara berkembang, akibat adanya pertumbuhan penduduk ialah pembangunan rendah karena
kondisi yang berlaku berbeda dengan
kondisi serta situasi pada negara berekonomi maju. Lebih dari itu, karena
tiadanya perencanaan tenaga kerja, maka tidak ada yang dilakukan demi untuk
menyesuaikan permintaan dan penawaran berbagai jenis keterampilan kritis.
Akibatnya, “Hanya beberapa negara yang mampu menyerap lulusan universitas yang
kurang terlatih secara lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi
umum mereka”(Jhingan, 2008).
Laporan Pembangunan Manusia oleh
United National Development Program (UNDP) menyatakan bahwa pembangunan manusia
dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal dua hal yang tidak sapat dipisahkan,
keduanya memiliki hubungan satu sama lainnya. IPM berperan penting dalam
meningkatkan sumber daya manusia. Penduduk yang berkualitas baik dapat
meningkat memaksimalkan dan berinovasi mengembangkan faktor-faktor produksi
yang ada. Pembangunan manusia sangat perlu mendapat perhatian dimana banyak negara
berkembang termasuk Indonesia yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, tetapi tidak dengan indeks pembangunan manusianya dyang didalamnya
terdapat indikator kesejahteraan, pendidikan, angka harapan hidup. Kemudian
banyak negara maju yang mempunyai pendapatan yang tinggi ternyata tidak
berhasil dalam mengurangi masalah-masalah sosial bahkan ketimpangan sosial. Beberapa
negara mempunyai pendapatn rendah mampu mencapai pada tingkat pembangunan
manusia yang tinggi karena negara tersebut mampu melaksanakan semua sumber daya
untuk me-ngembangkan kemampuan dasar manusia secara bijak-sana (UNDP, 1990).
Anggoro (2015) dalam hasil
penelitiannya menjelaskan pengaruh pertumbuhan ekonomi dan persentase penduduk
miskin, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan kesehatan, dan ketimpangan
distribusi pendapatan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia. Di sisi
lain, banyaknya penduduk berkualitas tinggi akan mendorong kenaikan dan
melakukan konsumsi yang pada akhirnya akan mempermudah penggalakan pertumbuhan
ekonomi (Nurwijayanti, 2017). Akumulasi modal memliki peran yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini pengertian modal menyangkut modal ilmu
pengetahuan (knowledge capital) dan modal insani (human capital).
Pada
tahun 2016, angka IPM Indonesia sebesar 70, 18. IPM Indonesia tumbuh 0,91
persen atau bertambah 0,63 poin dibandingkan IPM tahun 2016. Namun pertumbuhan
tersebut sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar
0,93 persen (BPS Pusat).Dalam kurun waktu 2011─2016, PDB per kapita atas dasar
harga berlaku terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp32,4 juta (tahun
2011), sebesar Rp35,1 juta (tahun 2012), sebesar Rp38,4 juta (tahun 2013),
sebesar Rp41,9 juta (tahun 2014), sebesar Rp45,1 juta (tahun 2015), dan sebesar
Rp48,0 juta (tahun 2016) (BPS Pusat). Titik berat pembangunan nasional
Indonesia sesungguhnya sudah menganut konsep komponen inikator pembangunan
manusia, dimana konsep pembangunan manusia seutuhnya yang menghendaki
peningkatan kualitas hidup masyarakat secara fisik,dan psikis.
Sintesis
Salah
satu indikator capaian negara dapat dikatakan berhasil salah satunya melalui
pertumbuhan ekonomi serta pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi ditandai
proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat
pembangunan manusia di suatu negara. Penilaian IPM menjadi acuan keberhasilan
suatu negara dalam meningkatkan kualitas masyarakat yang ada dalam negara
tersebut. Disamping itu, kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu
penunjang tumbuhnya ekonomi suatu negara.
Sebuah negara dapat dikatakan
berhasil ketika mampu membangun manusia yang berkualitas serta sejahtera dan
mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di negara tersebut. Pemerintah
memiliki peran penting dalam melaksanakan pembangunan negara dan seharusnya
mampu bersinergi dengan masyarakat. Berdasarkan teori, pertumbuhan ekonomi
memiliki keterkaitan dengan IPM. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, IPM pun
ikut meningkat. Hal ini disebabkan tumbuh tidaknya ekonomi salah satunya dipicu
oleh kualitas sumber daya manusia, ditandai dengan tingkat pembangunan manusia
yang tinggi. Negara maju memiliki rata-rata pertumbuhan perekonomian yang
tinggi serta dikut dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi pula. Hal ini
disebabkan adanya strategi yang inergi Kondisi seperti ini
seharusnya terjadi disetiap negara, sebab menurut teori tingkat pembangunan
manusia merupakan salah satu indikator untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Namun,
keadaan yang terjadi di negara berkembang termasuk negara Indonesia pertumbuhan
ekonomi yang dicapai ternyata diiringi dengan munculnya permasalahan tingginya jumlah
penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam hal ini kemiskinan adalah salah
satu hasil dari pembangunan manusia di sebuah negara.
Di Indonesia kondisi pertumbuhan
perekonomian kontradiksi dengan tingkat tingkat pembangunan manusia. Hal ini
terjadi ketika pemerintah kurang perlakuan seimbang terhadap perekonomian serta
pembangunan manusia. Padahal, pembangunan manusia salah satu pemicu pertumbuhan
perekonomian di suatu negara. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah saat
ini mengalami hambatan dalam hal pelaksanaan keberhasilan pencapaian prestasi
IPM adalah minimnya pengetahuan tentang pentingnya indeks pembangunan manusia,
dan dipihak lain juga kurang adanya sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga
menyebabkan prestasi yang buruk, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
komponen IPM yang belum terpenuhi.
Kesimpulan dan Saran
Sejatinya pertumubuhan ekonomi harus
selaras dengan pertumbuhan pembangunan
manusia pula. Hal ini juga telah diuraikan pada bagian teori. Sebab salah satu
penunjang pertumbuhan ekonomi dapat melalui kualitas sumber daya manusia yang
memumpuni. Dalam hal ini, ada banyak hal yang perlu ditekankan salah satunya
kesejahteraan masyarakat sehingga mampu menciptakan manusia yang berkualitas.
Kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan tingkat kesehatan masyarakat,
tingkat pendapatan serta mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Pemerintah
Indonesia perlu mengkaji ulang langkah – langkah strategis dalam meningkatkan
pembangunan manusia. Disamping meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,
tingkat pembangunan manusia tidak kalah penting untuk kemajuan sebuah negara.
Sehingga pemerintah harus menyeimbangkan strategi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan
pembangunan Manusia atau masyarakat Indonesia khususnya.
Daftar Rujukan
Anggoro, Heru. 2015. Pengaruh
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja
Terhadap tingkat pengangguran di kota surabaya, Jurnal Pendidikan dan Ekonomi
3 (3), (Online), (http:// http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id),
diakses 5 Desember 2017.
Feriyanto,
Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Katalog Bps. 2017. Analisis Isu
Terkini 2017. (online), (https://www.bps.go.id/publikasi/
view/4759), diakses 5 Desember 2017.
Maharani, Kurnia dan Sri Isnowati.
2014. Kajian Investasi, Pengeluaran
Pemerintah, Tenaga Kerja dan
Keterbukaan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah,Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), (Online) (21) (1), (Online), (http://), diakses 5 Desember 2017.
M.L Jhingan, 2008.Ekonomi pembangunan dan perencanaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Perada
Nurwijayanti, Nita. 2017. Pengaruh
Indikator Komposit Pembangunan Manusia Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota
Provinsi DIY,Jurnal Pendidikan dan Ekonomi 6(6), (Online),
(Http:// journal.student.uny.ac.id), diakses
5 Desember 2017.
Todaro
P, Michel. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan, Jakarta :
Erlangga
0 comments
Post a Comment